Anda fotografer satwa liar yang sedang mencari burung endemik Pulau Sumba. Mari kunjungi kawasan Taman Nasional MaTaLaWa (Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti). Petugas lapangan Taman Nasional MaTaLaWa yang bernama Heri Andri menemukan burung yang diduga sering dicari fotografer satwa liar. Heri Andri mempunyai hobi dalam fotografi dan videografi. Hobinya tersebut membuat dia betah menjaga kawasan sambil melihat dan mengabadikan keindahan panorama kawasan Taman Nasional MaTaLaWa dan burung-burung yang hidup di kawasan Taman Nasional MaTaLaWa melalui jepretan kamera di tangannya. Berikut hasil dokumentasi yang sudah mendapatkan ijin dari yang bersangkutan untuk dipublikasikan kepada publik: Sumber: Heri Andri Editor: editor@tnmatalawa.com
Testimoni
Testimoni pengunjung/ wisatawan yang dipublikasikan pada web pribadi berupa tulisan pengalaman berkunjung ataupun program kunjungan ke Matalawa dan Sumba.
Burung-burung di Taman Nasional MaTaLaWa, Unduh Segera Buku Panduannya!
Dua dasawarsa yang lalu, Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (MaTaLaWa) merupakan dua kawasan konservasi yang ditunjuk untuk melindungi burung-burung endemik. Kini menjelma menjadi Taman Nasional MaTaLaWa yang terus berinovasi dan mempromosikan potensi kawasannya, sehingga tidak hanya dinikmati oleh masyarakat setempat tetapi juga bisa dikunjungi oleh wisatawan dari pulau lain dan bahkan dari negara lain. Buku ini menjadi energi positif bagi kebangkitan pengelola kawasan konservasi yang tidak hanya di Taman Nasional MaTaLaWa tetapi juga kesatuan kawasan-kawasan konservasi lain di negara tercinta ini. Kami mengapresiasi sekali atas lahirnya karya-karya semacam ini, dan terus mendorong untuk munculnya ide-ide dan pemikiran baru yang fresh dari anak-anak bangsa. -Wiratno- Direktur Jenderal KSDAE Untuk lebih lanjutnya, silahkan klik link di bawah ini : Burung-Burung di Taman Nasional MaTaLaWa Sumber: Urusan Informasi dan Promosi Taman Nasional MaTaLaWa Editor: editor@tnmatalawa.com
Catatan Sikebo.me: Sumba Saya Akan Kembali
Jadi ini adalah tulisan ke 5 tentang Sumba. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Sumba 5 tahun yang lalu, hatiku telah tertambat. Jatuh cinta kepada dingin malamnya, hamparan savananya, kuburan batunya, rumah panggung kayu dan atap ilalangnya, anak-anak kecil yang riang menyapa sambil melambaikan tangannya, dan yang pasti burungnya. Hampir semua bayangan muluk tentang tanah dengan eksotisme biodiversitas dan kehidupan etnik kumpul jadi satu di pulau itu. Sumba adalah satu-satunya pulau yang selalu aku rindukan untuk kembali. Menjadi salah satu juri kompetisi pengamatan burung yang diadakan Taman Nasional Matalawa -berasal dari penggabungan 2 taman nasional, Manupeu Tanadaru dan Laiwangi Wanggameti- bukan niat utama saya datang ke sana. Tapi berhubungan ada yang mau mbayari ongkos pesawat PP, ya mau apa lagi? Aji-aji mumpung kadang menjadi makruh kalau tidak dimanfaatkan. Adalah Walik Rawamanu Ptilinopus dohertyi, satu-satunya burung yang menggoda saya harus kembali ke Sumba. Burung dari keluarga columbidae asli berdarah sumba ini yang dari
Mengintip Kakatua di Taman Nasional MaTaLaWa
Pada awalnya ada 2 Taman Nasional di Pulau Sumba, namun pada tahun 2016 kedua taman nasional tersebut yaitu Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti disatukan dengan luas mencapai 90.142 hektar yang mencakup wilayah Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur. Taman Nasional Laiwangi Wanggameti yang kami datangi ini berada di wilayah Sumba Timur. Sekitar 45 menit berkendara dari Kota Waingapu sampailah kami di pertigaan KM. 45 meninggalkan jalan utama. Jalanan masih beraspal namun sudah mulai mengecil. Dengan kontur yang berkelok-kelok dan menanjak. Terlihat om Melky sudah terbiasa dengan jalur ini dikarenakan dia adalah salah satu karyawan dari Kantor Balai Taman Nasional Matalawa (Manupeu Tana Daru dan Laiwangi Wanggameti), kendaraan yang kami gunakan pun merupakan bantuan dari Kantor Balai. “ini dia pertigaan Tarimbang” ujar om Melky sesaat dia menghentikan mobil. Rupanya dia mau membeli air minum dan rokok. Saya pun turun ikut berbelanja. Perjalanan berlanjut, tapi kini jalanan mulai medan tanah dan batu-batuan. Makanya
Expedition In 2017: Visited Sumba
This our first expedition in 2017 and the 5th for our #familygoestonationalpark mission, we visited Sumba, an island in East Nusa Tenggara. As our family mission, we explored Matalawa National Park. Matalawa National park is an integration from 2 National Parks in Sumba, Manupeu Tanah Daru and Laiwangi Wanggameti. Officially integrated in 2016, the MaTaLaWa National Park is home to 84 species of birds, 10 species of mammals, 49 species of butterflies, 29 species of reptiles, 173 different types of trees and more. Sumba Island in East Nusa Tenggara is known for its natural and cultural attractions, such as savannahs, sandalwood horses, traditional villages and also ancient war ritual festival.
Catatan fakhrianindita.com : Singkat Saja Di Sumba Tengah
Taman Nasional Manupeu Tanah Daru (red: MaTaLaWa) secara letak geografis saya belum mengetahui Taman Nasional ini masuk wilayah bagian Sumba Barat atau Sumba Tengah. Kebanyakan orang berkunjung ke Taman Nasional ini melalui kota Waikabubak, Sumba Barat. Taman Nasional Manupeu Tanah Daru ini belum lama ditunjuk. Terlihat dari fasilitas yang belum banyak tersedia, jalan yang masih beralaskan tanah dan bebatuan. Perjalanan kami di sini ditemani oleh Gen Hijau yang merupakan suatu komunitas pencinta alam yang bergerak dalam upaya pelestarian lingkungan alam Sumba dengan penanaman pohon. Kami bergerak menggunakan 2 kendaraan menuju TN Manupeu Tanah Daru yang disediakan Gen Hijau. Sepanjang perjalanan menuju Taman Nasional dihiasi dengan savana kering khas Sumba. Tak lama setelah melewati savana, langit mulai gelap dan suhu udara mulai berubah menjadi sejuk, ternyata pepohonan mulai menutupi sinar matahari masuk, tanda sudah memasuki kawasan taman nasional. Sesekali terdengar suara sahutan burung-burung besar seolah sangat dekat namun tak tampak dengan mata