Air Terjun
Taman Nasional Matalawa menyimpan keindahan potensi wisata air terjun diantaranya adalah Air Terjun Lapopu, Air Terjun Matayangu, Air Terjun Kanabuwai, dan Air Terjun Laputi
Air Terjun Lapopu
Air Terjun Lapopu merupakan air terjun yang paling unik di Sumba. Air terjun yang memiliki ketinggian lebih dari 70 meter ini merupakan salah satu objek yang paling banyak dikunjungi wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Posisi objek Air Terjun Lapopu berada didalam zona pemanfaatan kawasan Hutan Katikuloku Resort Wanokaka Wilayah Seksi Pengelolaan (SPTN) I Waibakul. Desa penyangga kawasan tersebut adalah Desa Rewarara dan Katikuloku Kecamatan Wanokaka Kabupaten Sumba Barat. Berdasarkan tim peneliti potensi air untuk PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro), aliran ini memiliki debit 1,6-1,8 m3 /detik dan memiliki kandungan kapur yang cukup tinggi. Kandungan kapur tersebut menyebabkan warna indah kebiruan pada badan sungai yang memiliki lebar rata-rata 5 meter dan kedalaman berkisar antara 50 – 300 cm. Namun, demikian air jernih yang mengalir sepanjang tahun tersebut tidak disarankan untuk diminum dalam jangka waktu yang lama karena kandungan kapur yang cukup tinggi.
Air Terjun Matayangu
Keeksotikan air terjun ini terlihat dari 2 sumber mata air yang berbeda ketinggian. Cucuran tertinggi mencapai 104 meter (ASC, 2008) pada dinding tebing yang vertikal dan berasal dari aliran Sungai Patenang, Harangi Jaga dan Pahi Nibu (Himakova, 2010). Cucuran kedua mencapai ketinggian 32 meter (ASC, 2008) dan berasal dari dalam Gua Matayangu. Aliran air dari Gua Matayangu ada yang memancar langsung dan ada yang melewati lorong dibawahnya kemudian menyembur, sehingga terlihat seperti 3 Air Terjun. Pada musim kemarau, Sungai Patenang mengering namun Gua Matayangu masih stabil memancarkan airnya. Posisi objek Air Terjun Matayangu berada didalam zona pemanfaatan kawasan Blok Hutan Manurara Resort Waimanu Wilayah Seksi Pengelolaan (SPTN) I Waibakul. Desa penyangga kawasan tersebut adalah Desa Manurara Kecamatan Katikutana Kabupaten Sumba Tengah. Gua Matayangu sangat berpotensi dan spektakuler. Posisi mulut gua berada di tengah-tengah tebing dimana dari mulutnya memancarkan air sehingga menjadi air terjun yang merupakan sebuah fenomena alam kars yang jarang dijumpai di Indonesia. Mulut gua yang horizontal harus ditempuh dengan penelusuran vertikal karena letaknya yang berada di tengah tebing. Gua ini dapat dikembangkan menjadi objek ekowisata minat khusus dengan tingkat kesulitan tinggi dan membutuhkan penelusur gua berpengalaman sebagai pemandu gua. Wisatatan yang hendak menelusuri gua ini setidaknya mahir menggunakan teknik SRT (Single Rope Technique) (ASC, 2008). Cucuran air terjun dari Sungai Patengan dan dari Gua Matayangu bertemu pada kolam Matayangu dan mengalir menjadi Sungai Matayangu yang kemudian bertemua dengan aliran sungai Lapopu. Kolam genangan air terjun memiliki warna kebiruan dan berdiameter ± 55 meter yang pernah digunakan oleh wisatawan asing untuk berenang. Aktifitas bermain air bisa dilakukan pada aliran air sungai yang bertingkat-tingkat dan terhalang oleh bebatuan.
Air Terjun Kanabuwai
Merupakan air terjun tertinggi di Pulau Sumba. Memiliki 7 (tujuh) tingkatan dengan karakteristik dan keunikan di masing-masing tingkatan. Berada jauh di dalam Kawasan Taman Nasional Matalawa tepatnya pada Zona Pemanfaatan Blok Hutan Waikanabu, Resor Wudipandak, SPTN Wilayah II Lewa. Dibutuhkan perjuangan 6-8 jam berjalan kaki (tracking) untuk dapat menikmati keindaha air terjun yang berada di Sumba Timur ini.
Air Terjun Laputi
Berada pada Zona Pemanfaatan Blok Hutan Laputi, air terjun ini menyimpan cukup banyak potensi. Selain keindahannya, air terjun Laputi juga menjadi sumber energi terbarukan berupa Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Laputi yang memberikan sumber energi listrik bagi desa-desa penyangga di sekitar kawasan Taman Nasional Matalawa. Tak jauh dari lokasi air terjun, terdapat sebuah danau yang merupakan sumber dari aliran air terjun. Danau tersebut memiliki nilai historis bagi masyarakat sekitar kawasan dan menjadi tempat sakral. Masyarakat sekitar percaya bahwa belut yang menghuni Danau Laputi yang biasa di sebut “Apu” merupakan nenek moyang masyarakat Sumba dalam kepercayaan Marapu di sekitar lokasi tersebut.